Ugamo Malim Kepercayaan Masyarakat Batak Toba Terdahulu
Ugamo malim adalah sebuah aliran kepercayaan yang berasal dari masyarakat Batak. Para penghayat aliran kepercayaan ini disebut sebagai seorang Parmalim. Parmalim meyakini satu Tuhan sebagai pencipta alam semesta, disebut sebagai Mulajadi Nabolon.
Ugamo Malim merupakan kelanjutan sistem religi kuno yang telah lebih dahulu dianut oleh masyarakat Batak jauh sebelum masuknya agama Protestan, Islam, dan Katolik. Sistem religi kuno tersebut melekat dalam tata kehidupan masyarakatnya tanpa label "agama" layaknya agama-agama terorganisasi lainnya.
Munculnya proses revitalisasi Ugamo Malim pada masa kepemimpinan Sisingamangaraja XII tidak terlepas dari konteks sosial, ekonomi, dan politik yang sedang bergejolak pada masa itu. Melihat besarnya pengaruh agama dan budaya lain yang mengguncang, Sisingamangaraja XII mengambil langkah menyelamatkan sistem religi Batak dengan cara melembagakannya dan memberi nama Ugamo Malim
Masyarakat Batak memaknai religiusitas dengan memperlakukan alam sebagai tumpuan hidup dan anugrah. Mulajadi Nabolon yang harus dijaga, baik sebagai sumber kehidupan bagi keberadaan dirinya maupun sebagai sumber penghidupan bagi keberlangsungan hidupnya. Spiritualitas memelihara alam dipadukan dengan rasa syukur dan berserah diri pada Mulajadi Nabolon dan dipelihara dengan ritual-ritual yang diselaraskan dengan kronologi kehidupan dan penghidupan.
Di antara ritual tersebut adalah upacara persembahan (pelean) kepada Mulajdi Nabolon. Aktivitas mempersiapkan perlengkapan ritual ini dilakukan dengan sangat teliti seturut tata laksana dan ketentuan yang disebut sebagai "patik".
Kegiatan menata persiapan ritual dan pelean disebut dengan “mang-ugamo-hon” (meng-agama-kan).
Orang-orang yang senantiasa melaksanakan upacara ritual disebut sebagai “parugamo” atau “parugama”. Sebutan “parugamo” kembali populer di Tanah Batak ketika agama lain menjadi tumbuh di tanah Batak dan menjadi identitas yang eksis dengan sistem keyakinan religiusitas asli Batak. Dalam bahasa Batak, orang yang mengikuti serta menghayati ajaran Ugamo Malim disebut "parugamo malim", disingkat Parmalim
Dalam bahasa Batak, sekumpulan orang yang melaksanakan satu kegiatan dengan satu tujuan disebut sebagai "punguan". Perkumpulan penganut Ugamo Malim disebut pula sebagai "punguan parmalim".
Perkumpulan yang dimaksud dapat berupa:
Tempat beribadah parmalim yang dipimpin oleh seorang ulu punguan pada bale parsantian. Seorang ulu punguan ini menjalankan tugas dan fungsi yang diamanatkan oleh seorang ihutan malim dari Bale Pasogit Partonggoan (pusat peribadatan parmalim di Huta Tinggi, Laguboti, Toba).
Organisasi penghayat Ugamo Malim untuk urusan non-religiusitas dan administratif.
Ugamo Malim memiliki ajaran sujud dan berserah diri pada Tuhan, Patik berupa ajaran tentang Perintah dan Larangan sesuai kehendak Tuhan, Poda Hamalimon sebagai anutan berpikir bertindak dan berperilaku terhadap sesama dan alam, serta "Tona" sebagai amanah Tuhan yang disampaikan kepada Manusia.
Parmalim melaksanakan ritual peribadatan rutin setiap hari Sabtu (Marari Sabtu) sebagai wujud rasa syukur, pemujaan dan memuliakan Mulajadi Nabolon sang pencipta langit dan bumi. Selain Maraisabtu Parmalim juga melaksanakan berbagai aturan peribadatan Ugamo Malim antara lain "Pameleon Bolon" sebagai ibadah ritual syukuran kehidupan yang dilaksanakan pada bulan ke-Lima (sipaha lima), ritual pengampunan dosa "Mangan Napaet" pada bulan ke-12 dan mensyukuri memperingati lahirnya utusan Tuhan kepada manusia yang dirayakan pada hari kedua dan ketiga bulan ke-satu "sipaha sada" sesuai kalender Batak.
Ugamo Parmalim mempercayai Debata Mula Jadi Na Bolon. sebagai pencipta alam semesta dan seisinya termasuk juga menciptakan manusia. Semua yang ada di dunia ini ada di bawah kendalinya. Selain mempercayai adanya Debata Mula Jadi Na Bolon, mereka juga mempercayai adanya Tuhan lain sesuai dengan kedudukannya.
Ada 3 tokoh yang sangat berperan dalam agama Parmalim diantaranya:
1. Sisingamangaraja XII : (Raja Naisak Bagi) adalah tokoh yang diyakini sebagai utusan Mulajadi Na Bolon
2. Raja ulia Naipospos : Sebelum menjadi pemimpin Parmalim Huta Tinggi, Beliau adalah Raja Parbaringin Bius Lagu Boti.
3. Guru Somalaing Pardede : adalah tokoh karismatik beliau sebagai tokoh spiritual, politik ahli strategi dan juga beliau selalu nekad melakukan sebuah aksi perorganisasian Hamalimon, Oleh sebab itu Sisingamangaraja XII lebih mempercayainya sebagai penasehat perang.
Di samping itu mereka juga memiliki kitab suci bernama Pustaha Habonaron untuk mengatur tingkah laku yang berhubungan dengan Tuhan, manusia juga alam sekitar.
Mulajadi Nabolon sendiri diartikan sistem ke-Tuhanan oleh orang Batak dahulu kala. Mereka menganggap Alam merupakan hasil dari pemberian Mulajadi Nabolon untuk manusia.
Karunia inilah yang diyakini orang Batak bahwa menjaga alam sebagai bentuk spiritual. Spiritual ini menjadi sebuah kegiatan upacara adat sebagai rasa syukur kepada Tuhan dan menjadikan kehidupan sebagai penghidupan.
tentang Agama Parmalim:
1. Tuhan: Mulajadi Na Bolon (Yang Maha Besar tempat semua makhluk berasal)
2. Tempat Ibadah: Bale Parpitaan dan Bale Partonggoan
3. Kitab Suci: Tumbaga Holing
4. Pembawa Agama/Tokoh Spiritual: Raja Uti
5. Pantangan: Riba, Makan Darah, Babi dan Anjing serta Monyet
6. Hari Suci: Sabtu
Pertama kali berdiri: 497 Masehi atau 1450 tahun Batak
7. Agama Parmalim adalah Kepercayaan Asli Batak dan bagian dari budaya Batak.
Komentar
Posting Komentar